Masyitah adalah salah satu di antara puluhan pelayan di kerajaan Firaun. Masyita merupakan pelayan pribadi putri Faraun. Suatu ketika, Masyith bertugas menyisir rambut putri rajkan oleh Nabi a. Dengan sengaja Masyitah menyebut nama Allah saat mulai menyisir. Sang putri terkejut mendengar hal itu, ia bertanya kepada Masyitah, apakah ia memiliki tuhan lain selain ayahnya? Dengan penuh keberanian Masyitah menjawab bahwa ia dan keluarganya telah mengikuti agama yang diajarkan oleh Nabi Musa. Melihat hal itu, sang putri merasa heran dengan keberanian yang dimiliki oleh Masyitah dalam menjelaskan semua itu. Kana penasaran kepada Masyitah maka sang putri pun melaporkannya kepada raja.
Mendengar pengaduan putrinya sang raja marah besar dan menyuruh para prajurit menyiapkan hukuman bagi Masyitah dan keluarganya berupa kuali besar yang berisi air mendidih yang dimasak di atas tungku membara.
Dengan cepat Masyitah dan keluarganya diseret oleh para tentara untuk menghadap Firaun. Firaun bertanya, apakah benar Masitah menyembah Tuhanyang disembah oleh Musa dan Harun? Dengan tegas Masyitah menjawab bahwa dirinya dan keluarganya telah menyembah Tuhan yang disembah oleh Musa dan Harun.
Mendengar pengakuan tersebut Firaun makin marah. Ia mengancam akan memasukkan Masyitah dan keluarganya ke dalam air mendidih. Melihat hal itu Masyitah mulai gentar, namun suami dan anak-anaknya bersedia mati demi keyakinannya.
Satu per satu anak dan suami Masyitah meninggal di air mendidih, termasuk putranya yang masih bayi. Sebagai seorang ibu Masyitah mulai iba dengan putranya, tetapi tiba-tiba putra dalam gendongannya itu berkata, “wahai ibu, engkau berada di jalan kebenaran, kelak kita akan berkumpul di surga yang penuh dengan kenikmatan. Dengan perkataan putranya itu jadi hilanglah keraguan Masyitah, dan dia rela mati sebagai syuhada mempertahankan suatu kebenaran.
Satu per satu anak dan suami Masyitah meninggal di air mendidih, termasuk putranya yang masih bayi. Sebagai seorang ibu Masyitah mulai iba dengan putranya, tetapi tiba-tiba putra dalam gendongannya itu berkata, “wahai ibu, engkau berada di jalan kebenaran, kelak kita akan berkumpul di surga yang penuh dengan kenikmatan. Dengan perkataan putranya itu jadi hilanglah keraguan Masyitah, dan dia rela mati sebagai syuhada mempertahankan suatu kebenaran.
Jika kita mencermati kisah Masyitah ini maka kita akan menemukan banyak pelajaran berharga di dalamnya, di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Keteguhan hati Masyitah dalam mempertahankan imannya.
2. Rasa takut kita kepada Allah harus bisa mengalahkan segala rasa takut kita kepada selain Allah.
3. Janji Allah akan memasukkan hambanya yang beriman ke surga yang kekal pasti ditepati.
4. Kekuasaan Allah menjadikan sesuatu yang mustahil menjadi mungkin.
EmoticonEmoticon