Sa’labah berasal dari golongan Muhajirin, atau orang yang ikut hijrah bersama Rasulullah. Sa’labah dikenal sebagai seseorang yang rajin beribadah. Dia tidak pernah ketinggalan salat berjamaah bersama Rasulllah sehingga Rasul pun sangat menyayangi Sa’labah.
Setiap kali salat berjamaah di masjid Sa’labah selalu tergesa-gesa untuk segera pulang. Melihat kebiasaan itu akhirnya Rasulullah pun bertanya kepada Sa’labah. Ia pun mejelaskan alasan ketergesa-gesaannya itu, bahwa kain yang dipakainya akan segera dipakai istrinya untuk mendirikan salat.
Suatu ketika Sa’labah menemui Rasulullah, ia minta didoakan agar memiliki kain lebih sehingga dia bisa khusyu’ dalam beribadah. Kemudian Rasulullah memberikan nasehat padanya, bahwa sederhana lebih baik baginya. Akan tetapi Sa’labah terus-menerus mendesak Nabi Muhammad untuk mendoakannya. Ia berjanjiakan tambah rajin beribadah dan rela mengeluarkan sebagian hartanya. Mendengar hal itu akhirnya Rasulullah pun mendoakannya.
Berkat doa Rasulullah tersebut akhirnya Sa’labah memiliki hewan ternak. Awalnya hanya seekor, namun lama-kelamaan hewan tersebut beranak pinak menjadi banyak. Kesibukan mengurus hartanya membuat Sa’labah jarang ke masjid untuk salat berjamaah. Bahkan salat jumat pun ia tinggalkan demi hewan-hewan ternaknya itu.
Suatu ketika Rasulullah mengutus seseorang untukmengambil zakat dariharta Sa’labah, namun Sa’labah menolak orang tersebut dan ia tidak mau membayar zakat. Mendengar kajadian itu Rasulullah berkta, “celakalah Sa’labah”. Kemarahan Rasulullah ini kemudian diterima oleh Allah dan turunlah Surat At Taubah ayat 75-78.
Mendengar ayat itu maka Sa’labah sadar bahwa ayat itu turun terkait dengan perbuatannya. Kemudian ia menghadap Rasulullah dengan membawa zakatnya, namun zakat tersebut ditolak oleh Rasulullah. Demikian kisah Sa’labah yang lalai terhadap kewajibannya karena harta kekayaannya.
Banyak sekali orang yang memiliki iman kuat saat diuji dengan kemiskinan, namun gagal saat diuji dengan kekayaan. Sebagai umat muslim kita wajib selalu ingat kepada Allah dan berbuat baik dalam segala suasana. Bahkan saat tidur pun kita harus selalu mengingat Allah. Dalam suasanya gembira, maupun sedih, kaya atau miskin, kecukupan atau kekurangan, kita harus selalu mejalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya.
1 komentar so far
Bukankah Rasulullah pemaaf, mengapa kesadaran untuk membayar zakat sa'labah tidak dihargai meskipun agak terlambat?
EmoticonEmoticon