Kamu pasti senang mendengar cerita dari
kakek dan nenekmu. Mungkin cerita tentang kerajaan-kerajaan tempo dulu. Mungkin
juga pada waktu perang kemerdekaan. Kejadian atau peristiwa penting yang
terjadi pada masa lalu itulah yang disebut sejarah. Sejarah dapat memengaruhi
kehidupan saat ini. Sejarah juga dapat memengaruhi masa mendatang. Apabila
peristiwa sejarah diurutkan kejadiannya, maka kita dengan mudah memahaminya.
Sumber sejarah dapat kamu peroleh dari para
pelaku atau saksi sejarah. Selain itu, dari catatan berupa prasasti serta
kitab-kitab kuno. Dapat pula dari benda-benda sejarah, seperti arca, senjata,
bangunan, dan candi. Benda-benda masa lampau yang masih dapat dilihat saat ini
disebut peninggalan sejarah. Dapatkah kamu menyebutkan peninggalan sejarah di
Indonesia?
Mari kita uraikan satu demi satu sejarah
Indonesia sejak masa Hindu hingga Buddha. Selain itu, kitajuga akan menelusuri
peninggalan pada masa tersebut.
A Peninggalan Sejarah Bercorak Hindu
Di Indonesia banyak sekali ditemukan
berbagai bentuk peninggalan sejarah bercorak Hindu. Kamu pasti bertanya, sejak
kapan dan bagaimana ajaran Hindu masuk ke Indonesia? Lalu apa saja
bentuk-bentuk peninggalan sejarah bercorak Hindu? Jangan khawatir kamu akan
mendapat jawabannya pada pembahasan kali ini. Untuk itu, simaklah dengan
saksama karena kita akan bersama-sama kilas balik ke masa lalu.
1. Perkembangan Ajaran Hindu di Indonesia
Perkembangan ajaran agama Hindu berawal
sekitar tahun 1500 sebelum Masehi (SM). Ditandai dengan datangnya bangsa Yunan.
Bagaimana mereka bisa sampai ke Indonesia?
Mereka memasuki wilayah Nusantara dengan
perahu layar. Kelompok ini datang dari Kampuchea (Kamboja). Mereka mendirikan
rumah dan hidup secara berkelompok dalam masyarakat desa dan menetap di
Nusantara.
Kebudayaan mereka sudah cukup maju. Mereka
sudah mengenal bercocok tanam. Mereka juga berdagang dan membuat peralatan dari
tanah liat serta logam. Mereka inilah nenek moyang bangsa Indonesia.
Kepercayaan yang mereka anut ialah animisme
dan dinamisme. Animismeadalah kepercayaan yang memuja roh nenek moyang atau roh
halus.Dinamismeadalah pemujaan terhadap benda-benda yang dianggap memiliki
kekuatan gaib. Misalnya keris, tombak, batu akik, dan patung. Kapan ajaran
Hindu masuk ke Indonesia? Ajaran Hindu masuk ke Indonesia sejak permulaan
masehi. Agama Hindu dikenal penduduk Indonesia melalui hubungan dagang dengan
India.
Kitab suci agama Hindu yaitu Weda. Ajaran
Hindu merupakan ajaran yang memuja banyak dewa. Dewa-dewa yang dianggap
menempati posisi paling tinggi yaitu Dewa Brahma, Dewa Wisnu, dan Dewa Syiwa.
Ketiga dewa itu disebut Trimurti atau tiga dewa yang bersatu. Trimurti
diwujudkan dalam bentuk patung.
Masyarakat dalam ajaran agama Hindu
mengenal adanya kasta. Kasta yaitu susunan kelompok masyarakat sesuai tingkatan
kehidupan sosial. Kasta-kasta dalam masyarakat Hindu adalah sebagai berikut.
a. Kasta Brahmana terdiri para pendeta.
b. Kasta Ksatria terdiri atas golongan para
raja, prajurit, dan bangsawan.
c. Kasta Waisya terdiri atas golongan
pemilik modal, pedagang kaya, dan petani kaya.
d. Kasta Sudra terdiri atas golongan buruh dan
petani miskin.
2. Kerajaan Hindu di Indonesia dan
Peninggalannya
Kawan-kawan, pengaruh ajaran dan budaya
Hindu terhadap budaya Indonesia sangat kuat. Bahkan, memengaruhi kehidupan
masyarakat terutama dalam hal pemerintahan. Hal ini ditunjukkan dengan
berdirinya kerajaan-kerajaan bercorak Hindu. Nah, mari bersama-sama melacak
kerajaan-kerajaan Hindu yang pernah ada di Indonesia.
a. Kerajaan Kutai
Kerajaan Kutai terletak di Muara Kaman, di
tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Kerajaan Kutai merupakan kerajaan Hindu
tertua di Indonesia. Kerajaan Kutai didirikan oleh Kudungga pada abad ke-4 M.
Bukti berdirinya Kerajaan Kutai adalah ditemukannya yupa. Yupa yaitu tiang batu
pengikat hewan korban yang dipersembahkan oleh para brahmana. Yupa ditulis
dengan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta.
Berdasarkan tulisan dalam yupa, raja Hindu
pertama di Kerajaan Kutai adalah Aswawarman. Ini dibuktikan oleh gelar yang
dimilikinya, yakni wangsakertaatau pendiri keluarga kerajaan (dinasti). Dari
tulisan pada yupa tersebut dapat disimpulkan adanya tiga generasi. Silsilah dimulai dari Kudungga yang mempunyai anak
bernama Aswawarman. Aswawarman mempunyai tiga anak, satu di antaranya
Mulawarman. Pada masa pemerintaha Mulawarman, Kerajaan Kutai berkembang menjadi
kerajaan besar. Hal ini diketahui dari prasasti yang ditemukan. Bukti-buktinya dapat
ditunjukkan sebagai berikut.
1) Raja mengadakan upacara waprakeswara (sebidang
tanah suci) setiap tahun.
2) Raja membagi hadiah kepada para brahmana
berupa tanah, ternak, dan emas dengan adil.
Mulawarman memerintah kerajaan dengan
bijaksana. Semasa pemerintahannya, rakyat
hidup cukup makmur. Sebagai ucapan terima
kasih, rakyat melakukan hal-hal
seperti berikut.
1) Mengadakan kenduri untuk keselamatan
raja.
2) Membuat prasasti atau yupa yang berisi
tulisan-tulisan tentang raja mereka.
Para brahmana juga membangun sebuah batu
bertulis. Hal ini sebagai ungkapan terima kasih kepada Raja Mulawarman. Raja
telah memberi hadiah kepada mereka berupa minyak kental, lampu, dan sapi
sebanyak 20.000 ekor. Peninggalan sejarah Kerajaan Kutai sebagai kerajaan Hindu
di antaranya sebagai berikut.
1) Tujuh buah yupa yang ditemukan di daerah
sekitar Muara Kaman pada tahun 1879 dan 1940.
2) Kalung Cina yang terbuat dari emas.
3) Arca-arca bulus.
4) Arca-arca Buddha dari perunggu.
5) Arca batu.
b. Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan Tarumanegara merupakan kerajaan
Hindu tertua di Pulau Jawa. Keberadaan kerajaan ini dapat dilacak dengan
ditemukannya tujuh buah prasasti. Selain itu, dari sumber-sumber berita dari
luar negeri. Kerajaan Tarumanegara terletak di tepi Sungai Citarum, Bogor, Jawa
Barat. Kerajaan Tarumanegara berdiri pada abad ke-5 M. Wilayahnya meliputi
Karawang, Jakarta, Bogor, dan Banten. Raja yang terkenal dari Tarumanegara
adalah Purnawarman. Raja Purnawarman menganut agama Hindu aliran Wisnu. Mata
pencaharian pokok penduduk Tarumanegara adalah bertani dan berdagang. Namun,
para petani sering gagal panen karena dilanda banjir.
Pada tahun ke-22 masa pemerintahannya,
Purnawarman membangun saluran air. Tujuan pembangunan saluran itu untuk
mengairi sawah dan mencegah banjir. Saluran itu bernama GomatidanChandrabagha.
Pembuatannya berlangsung selama 21 hari. Panjang saluran 6.112 tombak (11 km).
Coba kamu bayangkan, saluran sepanjang itu dikerjakan dalam waktu singkat!
Selesainya pembangunan saluran air ditandai
penyerahan 1.000 ekor lembu kepada para brahmana. Raja Purnawarman digambarkan
sebagai raja yang gagah berani. Ia juga tegas menghadapi masalah dan musuh.
Kerajaan Tarumanegara selalu mengadakan hubungan baik dengan bangsa lain.
Misalnya dengan Cina. Hal ini terbukti dalam catatan bangsa Cina dan Prasasti
Tarumanegara. Selain itu, penuturan Fa-Hsien, seorang musafir Buddha dari Cina.
Menurut Fa-Hsien, di Tarumanegara terdapat
lebih dari satu agama dan
kepercayaan. Ajaran Hindu yang berkembang
di Tarumanegara diajarkan oleh
Rahib Gunawarman.
Kerajaan Tarumanegara mempunyai banyak
peninggalan sejarah. Semua
peninggalan itu dapat menunjukkan keberadaan
kerajaan Tarumanegara.
Peninggalan yang dimaksud antara lain
sebagai berikut.
1) Prasasti Ciaruteun
Ditemukan di Ciampea, Bogor, Jawa Barat.
Pada
prasasti ini terdapat telapak kaki Raja
Purna-warman dan lukisan laba-laba. Raja Purnawarman dianggap sebagai perwujudan
Dewa Wisnu.
2) Prasasti Jambu
Ditemukan di Bukit Koleangkak, 30 km sebelah
barat daya Kota Bogor. Pada prasasti ini tertulis kata tarumayam (Tarumanegara).
3) Prasasti Lebak (Cidanghiang)
Ditemukan di Kampung Lebak, Pandeglang,
Banten. Prasasti ini menyebutkan bahwa Raja Purnawarman adalah raja yang agung,
pemberani, dan perwira.
4) Prasasti Kebon Kopi
Ditemukan di Kampung Muara Hilir, Bogor.
Pada prasasti ini terdapat lukisan telapak kaki Airawata (gajah kendaraan Dewa
Wisnu).
5) Prasasti Tugu
Ditemukan di Desa Tugu, Cilincing, Jakarta
Utara. Prasasti ini memiliki tulisan terpanjang. Prasasti ini menceritakan
pembuatan saluran air (Gomati dan Chandrabhaga) oleh Raja Purnawarman.
6) Prasasti Pasir Awi
Ditemukan di Pasir Awi, Bogor, Jawa Barat.
Prasasti ini terdapat lukisan tapak kaki. Prasasti ini belum bisa dibaca karena
dalam huruf ikal.
7) Prasasti Muara Cianten
Ditemukan di Muara Cianten, Bogor, Jawa
Barat. Seperti Prasasti Pasir Awi, prasasti ini juga belum bisa terbaca.
8) Selain prasasti juga ditemukan
arca-arca. Misalnya arca Rajarsi ditemukan di Jakarta. Di Desa Cibuaya
ditemukan arca Wisnu Cibuaya I dan arca Wisnu Cibuaya II.
c. Kerajaan Mataram Kuno
Kerajaan Mataram Kuno berdiri sekitar abad
ke-8 M. Kerajaan ini terletak di pedalaman Jawa Tengah. Bukti keberadaan
kerajaan ini tertulis dalam Prasasti Canggal dan Prasasti Balitung (Mantyasih).
Berdasarkan catatan pada prasasti, kerajaan bermula sejak pemerintahan Raja
Sanjaya yang bergelar Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya. Prasasti Canggal juga
mengungkapkan pendirian lingga di Desa Kunjarakunja oleh Raja Sanjaya. Sebelumnya,
Kerajaan Mataram Kuno dipimpin oleh seorang
raja bernama Sanna. Raja Sanna memerintah rakyat dengan bijaksana. Kerajaannya
kaya padi dan emas. Oleh karena itu, Pulau Jawa mendapat sebutan Jawadwipa. Peninggalan
sejarah Kerajaan Mataram sangatbanyak. Di antaranya berupa Candi Gedong Songo,
kompleks Dieng, dan komplek Candi Prambanan.
Kehidupan rakyat cukup makmur terbukti
banyaknya candi-candi.
d. Kerajaan Kediri
Pada tahun 1019 M terdapat Kerajaan
Kahuripan yang dipimpin oleh Raja
Airlangga. Ia mempunyai tiga orang anak
yaitu Sanggramawijaya, Samarawijaya, dan Mapanji Garasakan.
Awalnya, Airlangga menurunkan tahta kepada
Sanggramawijaya. Namun, Sanggramawijaya tidak bersedia. Ia memilih jalan
hidupnya sebagai pertapa. Sanggramawijaya mendapat julukan Raja Sucian atauDyah
Kili Suci. Namun,
Airlangga masih mempunyai dua anak lainnya.
Kemudian Airlangga membagi kerajaan
menjadi dua bagian. Hal ini untuk menghindari perang saudara. Pada tahun 1041
M, Mpu Bharada membagi Kerajaan Kahuripan atas perintah Airlangga. Kerajaan
Panjalu atau Kediri yang beribu kota di Daha diserahkan
Samarawijaya. Kerajaan Jenggala atau
Kahuripan yang beribu kota di Kahuripan diserahkan Mapanji Garasakan. Airlangga
selanjutnya mengasingkan diri menjadi pertapa dengan nama Resi Gentayu. Pada
tahun 1049, Airlangga wafat dan dimakamkan di Candi Belahan.
Berikut ini raja-raja yang pernah
memerintah Kediri.
EmoticonEmoticon