Sunday 2 September 2012

Penggunaan Tanda Titik Dua dan Tanda Petik

Apakah kamu rajin membaca? Selain deretan huruf dan angka, apa lagi yang kamu temukan dalam teks bacaan? Apakah kamu menemukan tanda baca? Dalam bahasa tulis dikenal  tanda baca.  Beberapa di antara tanda baca adalah tanda titik, tanda koma, tanda titik dua, tanda titik koma, tanda hubung, tanda pisah, tanda elipsis, tanda tanya, tanda seru, tanda petik dan masih banyak lagi. Pada materi kali ini akan dibahas mengenai tanda titik dua dan tanda petik dalam sebuah percakapan.
Tanda titik dan koma
Tanda titik dua.
1a. Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian. Misalnya:
·         Kita sekarang memerlukan perabotan rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
·         Hanya ada dua pilihan bagi pejuang kemerdekaan itu: hidup atau mati.
1b. Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau perian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan Misalnya:
·         Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
·         Fakultas itu mempunyai Jurusan Ekonomi Umum dan Jurusan Ekonomi Perusahaan.
2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian. Misalnya:
a.
Ketua
Sekretaris
Bendahara
 :
 :
 :
Ahmad Wijaya
S. Handayani
B. Hartawan

b.
Tempat Sidang
Pengantar Acara
Hari
Waktu
 :
 :
 :
 :
Ruang 104
Bambang S.
Senin
09.30
3. Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan. Misalnya:
Ibu
 :
(meletakkan beberapa kopor) "Bawa kopor ini, Mir!"
Amir
 :
"Baik, Bu." (mengangkat kopor dan masuk)
Ibu
 :
"Jangan lupa. Letakkan baik-baik!" (duduk di kursi besar)
4. Tanda titik dua dipakai:
(i) di antara jilid atau nomor dan halaman,
(ii) di antara bab dan ayat dalam kitab suci,
(iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan, serta
(iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
Misalnya:
Tempo, I (1971), 34:7
Surah Yasin:9
Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit.
Tjokronegoro, Sutomo, Tjukupkah Saudara membina Bahasa Persatuan Kita?, Djakarta: Eresco, 1968.[1]
Tanda Petik ("...")
1.
Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain.

Misalnya:
·         "Saya belum siap," kata Mira, "tunggu sebentar!"
·         Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, "Bahasa negara ialah Bahasa Indonesia."
2.
Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.

Misalnya:
·         Bacalah "Bola Lampu" dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat.
·         Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul "Rapor dan Nilai Prestasi di SMA" diterbitkan dalam Tempo.
·         Sajak "Berdiri Aku" terdapat pada halaman 5 buku itu.
3.
Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.

Misalnya:
·         Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara "coba dan ralat" saja.
·         Ia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan nama "cutbrai".
4.
Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.

Misalnya:
·         Kata Tono, "Saya juga minta satu."
5.
Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat.

Misalnya:
·         Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan "Si Hitam".
·         Bang Komar sering disebut "pahlawan"; ia sendiri tidak tahu sebabnya.[2]



[1]http://id.wikisource.org/wiki/Pedoman_Umum_Ejaan_Bahasa_Indonesia_yang_Disempurnakan_%281987%29/Bab_V#D._Tanda_Titik_Dua_.28:.29
[2]http://id.wikisource.org/wiki/Pedoman_Umum_Ejaan_Bahasa_Indonesia_yang_Disempurnakan_%281987%29/Bab_V#L._Tanda_Petik_.28.22....22.29


EmoticonEmoticon